JAKARTA--Skenario Pilpres 2014 diprediksi terulang pada 2019 setelah UU Pemilu yang telah disahkan mewajibkan parpol-parpol berkoalisi. Sejumlah nama mencuat, namun nama yang sama tetap muncul, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Setidaknya sudah ada 3 parpol yang menyatakan akan mengusung Jokowi di Pilpres 2019, yaitu Golkar, NasDem, dan PPP. Sedangkan Gerindra selalu menggaungkan Prabowo sebagai capres. Kemungkinan adanya calon alternatif tetap ada namun akan lebih sulit karena pengusungnya harus memenuhi presidential threshold 20%.
Gerindra sendirian tentu tak cukup untuk bisa mengusung capres. Dalam rangka menggalang kekuatan, Kamis (27/7/2017) malam, Prabowo menemui SBY. Seusai pertemuan, keduanya menyatakan tak akan berkoalisi. Namun isu kadung merebak, apalagi ada elite Partai Demokrat yang membuka peluang duet Prabowo-Agus Harimurti Yudhoyono.
Kedua parpol hanya menyatakan terlibat dalam kerja sama, bukan koalisi.
Namun, untuk memberi gambaran, mungkin SBY dan PD bisa juga memantau
perkembangan elektabilitas Prabowo, yang bisa dibilang tak
menggembirakan. Hal yang perlu dicatat, survei dilakukan saat Prabowo
adem ayem, tak bermanuver untuk pencapresan. Tentu hasilnya bisa berbeda
jika Prabowo sudah bergerak.
Pada Pilpres 2014, Jokowi-JK dinyatakan sebagai pemenang pilpres dengan perolehan suara 53,15%. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta hanya memperoleh suara 46,85%. Setelah Pilpres 2014, sejumlah lembaga survei beberapa kali menakar kembali elektabilitas dan dukungan terhadap Jokowi dan Prabowo. Siapa yang unggul? Berikut ini hasilnya: Survei Indo Barometer (dirilis 7 April 2015) Joko Widodo: 45,8% Prabowo Subianto: 30% Survei dilakukan pada 15-25 Maret 2015 dengan 1.200 responden. Responden survei ini dipilih dengan metode multistage random sampling dan margin of error sebesar ± 3,0% Survei CSIS (dirilis 25 Oktober 2015) Joko Widodo: 36,1% Prabowo Subianto: 28% Survei ini dilakukan secara acak terhadap 1.183 orang secara proporsional di 34 provinsi. Penarikan sampel dilakukan secara multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,85 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dilakukan pada 14-21 Oktober 2015 melalui wawancara tatap muka. Survei Populi (dirilis 26 Oktober 2015) Joko Widodo: 36,6% Prabowo Subianto: 24,3% Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka di 34 provinsi di Indonesia pada 15-22 Oktober 2015. Besaran sampel adalah 1.200 responden, dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling). Margin of error survei ini sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Survei SMRC (dirilis 24 Juli 2016) Joko Widodo: 32,4% Prabowo Subianto: 9,4% Survei ini digelar pada 22-28 Juni 2016 di 34 provinsi, dengan teknik wawancara tatap muka terhadap responden sebanyak 1.027 warga yang punya hak pilih. Margin of error rata-rata 3,1% dengan tingkat kepercayaan 95%. Survei Indo Barometer (dirilis 22 Maret 2017) Joko Widodo: 50,2% Prabowo Subianto: 28,8% Survei nasional Indo Barometer ini dilaksanakan di 34 provinsi pada 4-14 Maret 2017. Dengan jumlah responden 1.200 orang, margin of error pada survei tersebut kurang-lebih 3,0%. Survei SMRC (dirilis 8 Juni 2017) Joko Widodo: 53,7% Prabowo Subianto: 37,2% Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling mengambil 1.500 responden sebagai sampel. Survei dilakukan pada WNI yang berumur 17 tahun atau lebih. Margin of error penelitian tersebut plus-minus 2,5 persen. Sedangkan tingkat kepercayaannya 95 persen. Responden dipilih lewat wawancara tatap muka oleh pewawancara yang dilatih. Periode wawancara dilakukan pada 14-20 Mei 2017.
Melihat semakin meningkatnya angka elektabilitas Prabowo.pak soesilo bambang yudhoyono optimis jika koalisi dengan Prabowo akan memenangkan pemilu 2019 mendatang.(FM/JK)
|
Labels:
POLITIK
Thanks for reading Hasil Survey Naik,Ini Kata Pak SBY. Please share...!
0 Comment for "Hasil Survey Naik,Ini Kata Pak SBY"